Dalam kedaan yang sederhana dan toleransi yang begitu tinggi dengan alasan itulah maka kehidupan bermayarakat pun selalu dipenuhi rasa yang kurang begitu tegar dan berani menerima segala tantangan dalam hal memimpin suatu kehihatan kemasyarakatan.
Yang masih terniang di pikiranku kala aku masih taman kanak-kanak teringat seorang guru menawarkanku untuk memimpin do’a “doa kepada orang tua yang sudah hafal atau sudah berulang kali dibaca saat upacara ataupun senam pagi”, tapi kenapa aku malu bahkan tidak mau padahal aku merasa sanggup???
Kenyataan yang begitu pahit dan memilukanku berlanjut kemasa demi masa maka kepiewean serta keahlian mulai terpendam. Oleh Karena itu berada diposisi yang kurang ideal.
Selang berapa tahun setelah aku pulang dari BLKI singosarimalang , aku baru melanjutkan keperguruan tinggi di kota tempat asalku, disana banyak hal yang aku temui dari fashion, tutur kata, keberadaan pengajaran yang beda dengan waktu sekolah dulu.
Setelah kuliah satu tahun aku baru masuk ke organisasi ekstra, PMII tepatnya disana banyak hal yang pelajari dari ikatan social sesama kader, social kemasyarakatan, seni, budaya, ruang lingkup pemerintah, maka obrolan diskusi mesti tak lepas dari itu semua oleh karena itu secara langsung aku pertemukan dengan seseoarang Tauhid namanya, aku sering berkeliaran kesana kemari dengan bersilaturromi ke temen beda kampus, maupun dosen beda kampus ntah pembicaraan tak lepas dari topik bak mahasiswa intelektual tinggi, dengan keahlian menyusun kosa-kata dan juga dengan referensi tinggi maka perdebatan maupun diskusi akan lebih menarik, dengan mental baja dia dan semuanya maka aku pun sedikit demi sedikit meniru gaya serta melatih keberanianku….
Tak pelak selang beberapa waktu aku pun telah berani mengambil posisi dan melatih susunan kalimat untuk berbicara didepan forum, walaupun belum ataupun jauh dengan kata ideal.
Namun kalaupun pengalamanku ini bisa untuk pelajaran orang lain maupun generasi berikutmya “minimal anakku kelak agar mempunyai kecerdasan dalam komunikasi adalah dengan banyak membaca bukan hanya buku tapi keadaan lingkungan baik akademis maupun non akademis karena dengan itu kita mesti bmempunyai banyak referensi karena setiap orang didunia mempunyai pencernaan otak yang berbeda. Dan perbedaan adalah anugrah sebagai motifasi kita agar tetap bersaing untuk mengembangkan ilmu pengetahuan untun menyelamakan diri pribadi maupun masyarakat. amiiiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Bersilaturrohmi: